Pendampingan Iman Anak (PIA)

PIA di paroki Danan sudah ada sejak Danan belum menjadi paroki (+ 1980-an). Penggunaan istilah PIA belum begitu populer di Paroki Danan. Karena pada periode tahun 1980-an istilah yang digunakan adalah Sekolah Minggu. Kegiatan Sekolah Minggu  dilaksanakan setiap Minggu pagi setelah perayaan Ekaristi di gereja. Materi yang diberikan masih tergolong sederhana yakni mengambil dari buku cerita Santo-santa dan pengetahuan tentang Ekaristi maupun liturgi. Pendamping setia Sekolah Minggu ketika itu, Bp. FX. Koko, Ibu V. Sujiah, Ibu As. Sudarmini dan Bp. H. Wardi. Para pendamping ini juga mencoba membuat program setiap enam bulan sekali dan menyiapkan materi mingguan sebulan sekali. Namun sayang, program ini tidak lancar karena pembagian materi seringkali tidak jelas. Di satu sisi pendamping tidak menyusun materi bulanan secara rutin.

Ketika Sekolah Minggu dipegang Br. Aretas, FIC dan melibatkan beberapa orang Mudika, kegiatan lebih variatif, sedangkan peserta Sekolah Minggu semakin banyak. Kegiatan Sekolah Minggu yang sebelumnya dilaksanakan setelah misa, oleh Bruder dibarengkan dengan misa pagi sehingga orang tua tidak harus menunggu lebih lama. Kiranya perubahan ini berdampak pada meningkatnya peserta Sekolah Minggu.

Setelah tahun 1990-an Sekolah Minggu berganti nama menjadi Pendampingan Iman Anak (PIA). Meski kegiatan PIA sudah dibarengkan dengan misa, lama-kelamaan peserta PIA semakin surut juga. Anggota PIA yang sebenarnya ada 150-an anak tapi yang aktif mengikuti kegiatan hanya sekitar 20 anak. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran orang tua. Kondisi seperti ini didukung oleh para pendamping yang kadang tidak sungguh-sungguh dalam menyiapkan materi, sehingga kurang menarik minat anak-anak.

Semangat para pendamping dalam hal ini patut dipuji. Namun amat disayangkan semangat ini kurang terkoordinir deengan baik. Faktor lain yang ikut mendukung terpuruknya kegiatan PIA adalah kurangnya  komunikasi antar pendamping. Berbeda dengan apa yang terjadi di lingkup paroki, PIA di lingkungan-lingkungan justru semakin aktif dan hidup. Maka tugas pendamping, ingin memajukan PIA Paroki dengan mencoba menyusun materi dan mengadakan rekoleksi untuk para pendamping. Usaha ini juga belum membuahkan hasil karena kesibukan para pendamping yang kebanyakan adalah anggota Mudika.

Kegiatan rutin PIA selain pertemuan setiap Hari Minggu, adalah mengadakan visualisasi dan tugas koor di gereja dalam misa anak-anak setiap perayaan  Natal atau  Paskah. Rutinitas ini berlangsung sejak tahun 1997. Selain itu juga mengadakan beberapa lomba untuk anak-anak. Kecuali kegiatan di lingkup paroki, PIA Paroki Danan juga sering mengikuti kegiatan Paskah dan Natal bersama di tingkat rayon, kunjungan ke beberapa biara di Yogyakarta sebagai aksi panggilan dan mengadakan rekreasi bersama. Meski PIA dalam keadaan antara hidup dan mati, prestasi anak-anak Paroki Danan cukup membanggakan, yakni pernah menjadi juara mengarang tingkat rayon. 

0 Komentar