Paguyuban Keluarga Biarawan/ti (PKB)

Panggilan menjadi Imam, Biarawan/ti dinilai umat cukup penting demi meluaskan kerajaan Allah dan demi pelayanan kasih. Di sisi lain tantangan duniawi, konsumerisme dan hedonisme semakin menggerogoti panggilan imamat para Imam, dan Biarawan/ti. Keprihatinan inilah yang mendasari para orang tua Imam, Biarawan/ti untuk tetap mendukung panggilan tersebut dengan mendoakan bersama-sama anak-anak mereka, baik yang sudah menjadi Imam, Biarawan/ti maupun yang masih calon atau studi di seminari menengah.

Pertemuan dalam doa bersama para orang tua ini akhirnya dinamakan Paguyuban Keluarga Biarawan/ti (PKB) Paroki Santo Ignatius Danan. Paguyuban ini pertama kali dibentuk tahun 1997 atas saran Rm. HP. Bratasudarma, SJ, pastor paroki Danan ketika itu. Namun dalam perkembangannya paguyuban ini sempat macet dalam beberapa tahun. Atas saran Pastor Alb. Mardi Santosa, SJ mereka diminta untuk membentuk kepengurusan lagi dan menghidupkan kembali paguyuban ini. Setelah terbentuk kepengurusan yang baru, mereka mengadakan pertemuan pertama pada tanggal 1 Agustus 2004 (Minggu Kliwon).

Kegiatan awal ini akhirnya menjadi pertemuan rutin selapan sekali (Minggu Kliwon) setelah Misa dan pertemuan tiga selapan sekali yang selalu menghadirkan pastor paroki sebagai penyemangat para orang tua. Tak jarang Imam, Biarawan/ti dari paroki Danan yang sedang mudik diminta untuk datang dalam pertemuan ini dan menceritakan pengalamannya. Selain pertemuan rutin, mereka juga saling berkunjung bersama bila ada anggotanya yang sedang sakit.

Dengan adanya paguyuban ini, anak-anak mereka yang kini menyebar di berbagai kota dan negara merasa cukup senang sekali dan terbantu berkat dukungan doa para orang tuanya. Mereka juga mengaku sangat membutuhkan sekali kekuatan doa orang tua mereka mengingat banyak sekali tantangan yang mereka hadapi dalam menanggapi panggilan imamat dan hidup membiara.

Meski paguyuban ini sudah dibentuk dengan kepengurusan baru, masih saja ada kendala. Salah satu kendala adalah amatlah susah mengumpulkan para orang tua ini untuk datang dalam pertemuan rutin tersebut. Dalam setiap pertemuan, paling banyak yang datang hanya sekitar 12 orang. Ketidakhadiran beberapa anggota ini mungkin dikarenakan faktor transportasi dan jarak rumah yang berjauhan. Meski demikian tidak pernah membuat putus asa para anggota lainnya yang masih setia datang. 

0 Komentar