Lingkungan Sedayu

Benih iman Katolik yang menyebar ke daerah Pracimantoro sebenarnya bersumber dari desa Sedayu. Bp/Ibu Iskak Tunggal Prayitno kiranya menjadi tokoh dalam sejarah perkembangan man Katolik Sedayu. Ibu Prayit sendiri bersama dengan neneknya, Yohana Tuladi Wiryo menjadi Katolik karena tertarik dengan saudaranya yang telah menganut agama Katolik. Mereka berdua minta di bimbing hingga dibaptis di desa Mesir oleh Rm. Indro. Sedang Bp. Prayitno yang berasal dari Klaten sudah menjadi Katolik sejak kelas lima  SD (1947). Prayit sangat kagum dengan Yesus yang selalu mengampuni dosa manusia dengan pertobatan dan hal ini tidak ada dalam ajaran lain.

Pada tahun 1955 Sedayu masih masuk paroki Purbayan (Baturetno). Prayit datang ke Sedayu sebagai katekis dan tinggal di rumah Bp. Tuladi Wiryo yang sudah menjadi Katolik. Dalam rangka mengembangkan iman Katolik di Sedayu, Prayit kerap mengumpulkan anak-anak kecil dan mendongeng untuk mereka tentang kisah Yesus. Jumlah anak-anak ketika itu mencapai 30-an orang. Dari 30 orang ini akhirnya membawa banyak orang tua tertarik dan ikut mendengarkan. Tidak hanya di Sedayu. Misi pewartaan Pak Prayit merambah hingga ke Wonoharjo untuk mengajar. Kedatangan ke Wonoharjo ini berawal dari kabar bahwa di desa tersebut terdapat umat Katolik, yaitu kel. Bp. Broto. 

Merasa ada peningkatan, Pak Prayitno membawa kabar kepada Rm. Purwodiharjo (Pastor Paroki Baturetno). Mendengar kabar baik ini Rm. Purwo mengutus katekis-katekis  seperti Broto, Marno, Sarno Tarmo dan Samidi untuk membantu pelayanan pengajaran iman. Prayit menjadi sangat bersemangat apalagi ia ingin di dua desa tersebut tumbuh dan berkembang umat Katolik. Namun kedua katekis yakni Marno dan Tarmo harus transmigrasi ke Sumatera sedangkan Sarno dan Broto keluar dari Katolik. Kedua masalah ini menyebabkan perkembangan umat menjadi tersendat dan menurun kira-kira 23 orang. Kini jumlah umat di lingkungan Sedayu hanya 9 KK dan rata-rata pekerjaan mereka sebagai PNS, Petani dan Buruh. Tingkat pendidikan umat rata-rata hanya setingkat SMA.

Seperti lingkungan lain, banyak di antara umat Sedayu yang merantau ke luar kota sehingga hal ini mengurangi jumlah umat. Berkurangnya jumlah umat Sedayu juga disebabkan perkawinan campur beda agama dan pihak Katolik meninggalkan kekatolikan. Dengan jumlah umat yang sedikit, kegiatan lingkungan terasa kurang bergairah. Hal ini nampak dari perayaan misa lingkungan pada hari besar saja. Pertemuan doa lingkungan yang merupakan modal untuk pembinaan iman umat dilakukan tiap Jumat malam, masih terus berlangsung.

Jarak antara Wonoharjo, Praci dan Sedayu relatif jauh. Jarak yang jauh ini membuat  umat kadang malas untuk hadir dalam perjumpaan. Di sisi lain semangat kekeluargaan antar umat belum mendukung untuk terjadinya sebuah perjumpaan iman. Maka semangat kekeluargaan ini masih perlu ditingkatkan.

0 Komentar