Lingkungan Longsoran

Nama Longsoran berasal dari kata “Longsor”. Kata “longsor” sebagai cikal bakal nama dusun tidak lepas dari situasi geografis di mana derah ini sering terjadi tanah longsor karena dekat dengan gunung yang banyak batu kapurnya. Lingkungan Longsoran meliputi Desa Sejati Kecamatan Giriwoyo. Lingkungan Longsoran berjarak kurang lebih 3 km ke arah timur dari gereja Danan atau dekat dengan SMA Pangudi Luhur Giriwoyo (selanjutnya disebut SMA PL). Sedangkan jarak tempat tinggal antar umat Katolik sangat berjauhan dan berpencar-pencar karena keadaan topografi yang berupa gunung bebatuan.

Jumlah umat Longsoran termasuk sedikit yaitu hanya 45 orang yang terdiri dari 15 KK. Berbeda dengan lingkungan-lingkungan lain, jenis pekerjaan umat Longsoran didominasi oleh pegawai swasta atau wiraswasta. Sedangkan umat yang berprofesi sebagai petani hanya sejumlah tujuh orang. Pada awalnya mayoritas penduduk Longsoran beragama Islam dan agama Katolik sepertinya belum begitu populer di kalangan mereka. Setelah agama Katolik masuk pada tahun 1961 mereka mulai sedikit mengenal iman Kristiani. Ketika itu Longsoran masih bergabung dengan lingkungan Ngampohan dan bernama Blok Longsoran. 

Pada masa penggembalaan Rm. Bratasudarma, SJ (1998, paroki administratif Danan resmi menjadi paroki mandiri), Longsoran menjadi lingkungan sendiri, dipisah dengan lingkungan Ngampohan. Alasan pemisahan ini cukup sederhana, bahwa setiap kali ada ibadat di lingkungan Ngampohan (ibadat Sabda dilaksanakan setiap malam Selasa-red), hanya sedikit umat Longsoran yang hadir ibadat. Ketidak hadiran ini cukup beralasan bahwa mereka tidak mungkin menempuh perjalanan jauh dengan jalan kaki  lebih-lebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut (Lansia). Maka dengan berbagai pertimbangan tersebut Longsoran resmi menjadi lingkungan sendiri pada tahun 1998.

Warga yang pertama kali dibaptis secara Katolik adalah keluarga Bp. YB. Wiyono (Alm). Keluarga ini akhirnya menjadi tokoh di lingkungan Longsoran. Beliau mempunyai semangat yang tinggi dalam mengenalkan iman Katolik. Di satu sisi pertambahan umat adalah sebagai dampak langsung dari pewartaan iman yang membuahkan babtisan baru, namun di sisi lain pertambahan umat Katolik juga karena pendatang dari luar desa yang bekerja di sekitar desa ini yang sebelumnya memang sudah beragama Katolik. Beberapa pendatang ini dapat disebut misalnya: Ibu V. Endang Poncowati, Al. Tri Adhi S., dan Lusia Tri Siwi Yuliani. Mereka semua adalah guru SMA PL Giriwoyo. Longsoran merupakan salah satu lokasi yang paling dekat dengan SMA PL, maka dengan alasan praktis mereka bergabung dengan lingkungan Longsoran.

Kegiatan rutin yang diadakan umat lingkungan ini adalah ibadat Sabda, latihan koor, Bazar (pasar murah) dan pelayanan doa lain. Pamong lingkungan yang pertama dipercayakan kepada Bapak Al. Slamet (1998-2002). Pada masa kepamongan Bapak Al. Slamet, umat Longsoran mengadakan aksi “Jimpitan” berupa beras setiap kali ada ibadat Sabda  (ibadat Sabda diadakan setiap malam Rabu-red)). “Jimpitan” ini dimaksudkan meringankan beban umat pada hari-hari besar seperti Natal dan Paskah. Dalam arti, bila ada acara penting seperti Natal atau Paskah, beras tersebut bisa digunakan untuk pesta bersama. Namun demikian baru beberapa bulan berjalan, kegiatan “Jimpitan beras” justru menjadi batu sandungan umat. Hal ini karena beras yang sedianya untuk keperluan pesta bersama tersebut dipinjamkan pada umat yang membutuhkan. Ironisnya beras yang dipinjamkan ini seringkali tidak kembali. 

Masa kepamongan bapak Al. Slamet, dilanjutkan oleh Ag. Wirawan dengan susunan pengurus sebagai berikut: Al. Tri Adi Sulistyo (Sekretaris), Auxentius Sudarno (Bendahara) dan Ch. Titik Mulyani (Seksi Liturgi). Bapak Ag. Wirawan diganti oleh Bapak Al. Tri Adhi S. Dan digantikan oleh Bapak. Aux. Sudarno. Metode pendampingan yang digunakan tiap pamong adalah “kebersamaan”, dalam arti tidak ada atasan dan bawahan. Karena situasi topografi lingkungan Longsoran, salah satu kendala yang dihadapi umat Longsoran adalah sulitnya berkumpul. Namun demikian situasi ini tidak menyurutkan semangat menggereja umat. Umat Longsoran tetap bersemangat dalam mengikuti kegiatan lingkungan, meskipun sedikit. 

0 Komentar