Lingkungan Jepurun Kidul dan Jepurun Lor

Jepurun Kidul dan Lor adalah sebuah dusun di desa Pucanganom, Kec. Giriwoyo. Awalnya lingkungan Jepurun Kidul, Jepurun Lor, Platar menjadi satu lingkungan yakni Lingkungan Jepurun. Namun karena perkembangan umat yang cukup banyak, lingkungan dipisah menjadi tiga lingkungan. Jarak gereja Danan ke Jepurun Kidul dan Jepurun Lor kurang lebih 2,5 km ke arah selatan. Lokasi atau jarak tempat tinggal umat lingkungan berdekatan dan kini jumlah umat  72 KK. Mayoritas pekerjaan umat adalah petani sementara tingkat pendidikan umat sebagian hanya tamatan SR.

Benih iman Katolik memang cukup subur di lingkungan Jepurun ini meskipun agama Katolik ketika itu sangat dibenci oleh penduduk setempat. Ada seorang warga yang bernama YB. Sukarjo berdoa rosario di depan rumahnya yang berhadapan dengan rumah Mariman. Karjo mengajak Mariman untuk berdoa bersama namun Mariman tidak tertarik dan menolaknya. Kalau akhirnya Mariman tertarik dengan ajaran Katolik karena dari kesaksian seorang guru SR Kanisius yang bernama Ant. Sarno. Sehingga pada 29 Januari 1954 Mariman dibaptis dengan nama Tarcisius oleh Rm. Purwodiharjo SJ di gereja Baturetno. Setelah dibaptis, T. Mariman diutus Rm. Purwodiharjo SJ mengikuti kursus kateketik di sekolah kateketik Yogyakarta. Setelah menyelesaikan kursus, Mariman akhirnya menjadi katekis di lingkungan Jepurun.

Meskipun awalnya ragu, berkat dukungan Rm. Puspo Sugondo T. Mariman menjadi yakin apalagi Rm. Puspo menyarankan untuk membeli buku Katekismus (tentang ajaran agama Katolik dan doa-doa keKatolikan). Tempat untuk mengajar agama di desanya berawal di rumah Bp. Saijan (seorang muslim) dengan jumlah murid tiga orang. Karena kegigihan Mariman, muridnya bertambah menjadi 203 orang dan yang lulus hanya 89 orang. Rm. Puspo Sugondo sempat tidak percaya dengan jumlah yang begitu banyak namun Mariman berhasil membuktikan dengan kehadiran Rm. Puspo di rumah Bp. Sajian.

Perkembangan jumlah murid yang dibimbing Mariman semakin banyak yakni 523 orang. Saat itu Rm. Brata datang ke rumahnya bersama Uskup Agung Semarang, Mgr. Ig. Suharyo. Rm. Brata dan Uskup sangat kagum dengan jumlah murid yang cukup banyak itu dan Mariman hanya mengatakan bahwa semua itu adalah misteri Tuhan. Kesaksian Mariman sempat membuatnya ditangkap aparat kepolisian berkat laporan seorang perangkat desa yang tidak suka dengan ajaran agama Katolik. Namun akhirnya bisa keluar dari penjara berkat pertolongan Joko Wiyadi dan Anton dari Ndonorojo. Sampai kini T. Mariman masih mengajar agama untuk calon baptis. Namun kini muridnya hanya berjumlah enam orang.

Jepurun Lor
Jumlah umat di lingkungan Jepurun Lor di awal tahun 2015 sejumlah  89 KK (226 orang). Rata-rata dari mereka bermatapencaharian sebagai petani, selebihnya adalah guru dan wiraswasta. Tingkat pendidikan umat beragam dari SD sampai SMA. Namun kini ada peningkatan, beberapa muda-mudinya melanjutkan sekolah hingga Perguruan Tinggi. Keaktifan umat di lingkungan Jepurun Lor biasa saja. Sebagian besar masih beranggapan bahwa hidup meng-Gereja bukan suatu kebutuhan tapi suatu kewajiban sehingga umat lebih mengutamakan kepentingan lain daripada pergi ke gereja. Terlebih bagi Mudika yang sampai kini kurang aktif karena tidak ada koordinator untuk membentuk suatu kepengurusan.

Jepurun Kidul
Kegiatan pertemuan baik di kapel maupun di rumah-rumah umat kini mulai berkurang karena tokoh agama sendiri kurang aktif dan banyak umat yang malas untuk mengikuti Misa. Sebaliknya, Mudikanya kini lebih aktif dari sebelumnya. Muda-mudi lingkungan Jepurun Kidul aktif mengadakan pertemuan. Pamong lingkungan Jepurun Kidul yang pertama adalah Bp. Tc. Mariman digantikan Bp. Parjo, Bp. Saino, Bp. Widodo, Bp. Sukadi, dan Ig. Katino sampai sekarang.  Seperti halnya lingkungan lain, metode kepamongan yang digunakan adalah “Kebersamaan”, dalam arti tidak ada atasan dan bawahan.
Jumlah umat di awal tahun 2015 sejumlah 69 KK (179 orang).

Kapel Jepurun


Kapel  wilayah Jepurun berdiri di atas tanah milik Sonosemito yang kemudian dibeli oleh Sumidi pada tahun 1983 berkat bantuan T. Mariman dan P. Slamet. Pembayaran tanah dilakukan pada tanggal 3 Mei 1983. Menyoal pembayaran tanah ini,  T. Mariman dan kawan-kawan sempat mendapat ancaman oleh Rm. Stormmsand SJ karena pembayaran yang sedianya dijanjikan pada tanggal 1 Mei, baru pada tanggal 3 Juni bisa dilunaskan. Meskipun sempat mengancam, Rm. Stormmsand berjanji akan mendirikan rumah joglo untuk umat Jepurun. Sesuai janji itu pada tahun 1983 kapel mulai dibangun dengan bentuk joglo oleh umat Jepurun dengan sistem kerja bakti. Para tokoh yang terlibat dalam pembangunan ini adalah Tc. Mariman, Ant. Sumarno dan Ign. Sutarno.

Pembangunan kapel ternyata membawa banyak korban. Salah satunya Ant. Warino yang tertangkap aparat kepolisian karena membeli kayu bukan milik orang yang menjualnya. Namun berkat bantuan Bp. Edi (Sekretaris Paroki Baturetno) akhirnya Ant. Warino bisa keluar. Untuk menandai kapel yang berbentuk joglo itu, mengambil nama St. Maria sebagai pelindung. Kapel St. Maria digunakan umat untuk berbagai kegiatan seperti ibadat Sabda, misa, doa bersama, pertemuan lingkungan maupun pertempuan ibu-ibu WK wilayah Jepurun. Sampai kini kapel St. Maria tetap terawat dengan baik bahkan di sekeliling kapel ditanami berbagai macam tanaman seperti pohon jati, pinang, mangga dan berbagai jenis tanaman bunga.

1 Komentar

  1. Sya pernah live on di jepurun kidul.... Suasana desanya dngat fresh...

    BalasHapus