Lingkungan Gedongrejo

Gedongrejo dalam bahasa Indonesia artinya rumah/gedung yang ramai. Memang sejak dulu desa Gedongrejo yang berbatasan antara Jateng dan Jatim ini selalu ramai dengan banyaknya tempat rekreasi karena Desa Gedongrejo dikelilingi sungai Bengawan Solo dan gunung Sapi. Di sungai Bengawan Solo ini terdapat banyak batu dan fosil-fosil sehingga banyak orang yang datang ke tempat ini untuk berziarah sekaligus rekreasi. Ada cerita menarik, di sungai Bengawan Solo bagian hulu (Dongpatoan) banyak terdapat fosil-fosil yang berubah menjadi batu dan ini masih terjadi sampai sekarang. Jarak lingkungan Gedongrejo dari gereja Danan sekitar 15 km ke arah timur.

Warga di desa Gedongrejo mulai mengenal agama Katolik sejak berdirinya SD Kanisius Gedongrejo pada tahun 1951. Karena dari SD inilah murid-murid mendapatkan  pelajaran agama Katolik dari para Katekis seperti Petrus Suherman dan Sumidi. Sebelumnya sebagian besar warga Gedongrejo memeluk agama Islam. Pada tahun 1956 umat Katolik di desa ini berjumlah 12 orang yang dibaptis di SD Kanisius oleh Rm. Purwodiharjo Pr. Kedua belas orang tersebut di antaranya adalah YB. Sogimin, A. Jumen, P. Kasiman, Radi, dan Sukiman.

Pada tahun 1955-1960 banyak umat Gedongrejo pergi merantau ke kota untuk mengadu nasib. Oleh karena urbanisasi ini, perkembangan agama Katolik di Gedongrejo mengalami penyusutan apalagi ditambah dengan adanya gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Namun ketika para katekis datang di desa ini yakni P. Suherman, Sumidi dan Warino, perkembangan umat semakin meningkat. Bahkan banyak di antara umat Budha yang menjadi katekumen dan dibaptis secara Katolik. Pada 1976 jumlah umat Katolik berjumlah 16 KK dan kini berkembang menjadi 32 KK (+110 orang). Perkembangan umat di lingkungan Gedongrejo sampai sekarang stabil, artinya tidak bertambah juga tidak berkurang. Sedangkan untuk kaum muda, banyak yang merantau ke luar kota untuk melanjutkan studi atau bekerja.

Jalan menuju dusun ini sangat berdebu pada musim kemarau dan menjadi becek pada musim hujan. Menurut salah satu umat, warga Gedongrejo hidup rukun dan tenteram. Pada umumnya umat bermatapencaharian sebagai petani dan peternak. Ada empat orang dari umat Katolik yang menjadi guru dan karyawan Depdiknas. Tingkat pendidikan umat Gedongrejo mayoritas SMA, meski demikian beberapa orang melanjutkan pendidikan sampai Perguruan Tinggi. Kegiatan doa dan Ibadat Sabda lingkungan diselenggarakan tiap hari Rabu malam di rumah-rumah umat dan Sabtu malam di Kapel. Sedangkan Misa lingkungan diadakan tiap selapan (35 hari) sekali. Meskipun termasuk lingkungan kecil kegiatan sekolah minggu rutin diadakan setiap hari Minggu. Setiap bulan Mei dan Oktober umat lingkungan Gedongrejo mengadakan doa rosario di rumah-rumah umat secara bergantian, kecuali pada musim hujan diadakan di kapel. Sebagian besar umat aktif dalam hidup menggereja meski jarak rumah mereka dengan tempat kegiatan dan gereja paroki sangat jauh. 

Kapel Gedongrejo

Karena perkembangan umat yang cukup pesat, maka Rm. J. Storemmsand SJ mulai merintis untuk mendirikan Kapel di wilayah Gedongrejo pada 1976. Sebelumnya Kapel yang akhirnya dinamai St. Petrus ini didirikan di atas tanah milik pemerintah. Maka seorang umat yakni Ibu Kasimah pada 1977 memberikan tanah miliknya untuk didirikan kapel. Sejak saat itu kapel dipindahkan. Pembangunan kapel dirintis oleh Rm. Storemmsand lalu dilanjutkan Rm. Alex. Dirjosusanto SJ yang menjadi pastor Paroki Baturetno (1995). 

Ketika pada 1998 Stasi Danan resmi menjadi paroki, Rm. Storemmsand pindah ke Karanganyar dan bangunan kapel dibeli oleh Pemerintah seharga Rp. 700.000,00 untuk modal membangun kapel yang permanen. Maka penggalian dana dari para donatur di Jakarta dan iuran umat mulai digalakkan. Sampai sekarang pembangunan kapel belum sempurna, umat Gedongrejo masih mengharap bantuan dari berbagai pihak untuk melanjutkan kembali pembangunan kapel. Beberapa tahun lalu sebelah barat gedung gereja St. Petrus Gedongrejo longsor, sehingga Pastor Alb. Mardi Santosa, SJ kembali merenovasi kapel dan pengerasan jalan menuju kapel tersebut.

0 Komentar